Pagi itu seperti biasa aku harus berangkat ke kampus. Naek motor dari Sidoarjo ke Surabaya. Berada di jalan raya yang padat merayap cukup membosankan menurutku, apalagi ditambah dengan panas matahari yang menusuk dan deru asap kendaraan yang bersahutan. Kalo uda di jalan kayak begini, biasanya mulutku komat-kamit memurojaah hafalan surat dan berdzikir kepada-Nya. Well, setidaknya waktu jadi tidak terbuang sia-sia, bukankah begitu?
Kulihat ada pom bensin didepan, aku langsung rating kiri berhubung bensinku hampir mau habis.
“BRUAKKKKK....!!!”
Kaget bukan kepalang. Ternyata ada yang menabrakku dari sebelah kiri. Sedetik kemudian aku uda pasrah jikalau aku terjatuh. Tapi, apa yang terjadi? Ternyata aku dan motorku hanya keseret pelan dengan posisi yang tetap berdiri. Dan berhenti. Kakiku berhasil mendarat dengan tepat diatas aspal.
Kau tau?? Aku bener-bener syok. Karena ini adalah kecelakaan pertama yang menimpaku. Tapi, apa yang terjadi? Aku tidak terjatuh! Antara percaya dan tidak percaya.. Sungguh, jikalau di-logika, jikalau di ukur menurut perhitungan manusia, “harusnya” aku terjatuh saat itu! Dan “harusnya” aku sudah luka-luka..
Allah.. apakah ini pertolongan dari-Mu??
***
Beberapa minggu setelahnya, aku ga sengaja baca notes FB milik Sinta Yudisia, ternyata beliau juga pernah mengalami hal yang hampir sama denganku. Ya, kejadian yang nyaris terserempet atau tertabrak, namun nyatanya berhasil selamat. Beliau pun juga melakukan hal yang sama, yaitu memurojaah hafalan surat ketika berkendara di jalan. Beliau bilang, reflek tubuh kita jauh lebih cepat ketika kita berkendara sambil membaca ayat-ayat Allah. Dan beliau pernah membandingkannya, dan ternyata memang benar. Ketika beliau hampir terserempet atau oleng, seketika itu pula reflek tubuh langsung merespon cepat. Beliau sendiri tidak menyangka, karena memang belum ada penelitian pasti terkait hal ini. Tapi beliau percaya, bahwa itu salahsatu miracle dari Al-Qur’an.
Kalo dipikir-pikir, benar juga apa yang dibilang Bu Sinta Yudisia. Aku jadi teringat, beberapa kali aku juga hampir keserempet, bahkan aku pernah hampir nabrak tronton yang berada di depanku, tapi herannya, seperti ada yang mengendalikan, tubuhku langsung merespon cepat banting setir ke arah kiri, memasuki celah kecil antara tronton dan mobil len. Dan aku berhasil selamat.
Subhanallah.. mungkin memang benar bahwa ini adalah miracle dari Al-Qur’an. Kadang aku menjadi malu dengan Allah, mengetahui betapa baiknya Allah padaku.
Aku sendiri sebenarnya agak takut ketika berkendara di jalan. Apalagi orangtuaku seringkali khawatir melihatku yang bolak-balik sidoarjo-surabaya menggunakan motor. Ya, karena banyak sekali kecelakaan motor yang terjadi di Indonesia ini. Dan pengendara motor selalu menjadi pihak yang dirugikan secara fisik.
Aku? Tak ada pilihan lain selain menjaga kepercayaan orangtua-ku dengan menjadi pengendara yang baik, tak ugal-ugalan. Aku juga memulai membiasakan diri untuk berdzikir ato memurojaah hafalan surat ketika di jalan. Ya, karena aku percaya bahwa Allah akan menjagaku selama di perjalanan apabila aku terus mengingat-Nya, bukankah begitu?
Selain itu, ada hal lain yang membuatku harus melakukan hal tersebut. Aku selalu teringat dengan ucapan ustad Yusuf Mansyur di acara Wisata Hati : “Kita itu akan mati dalam kondisi yang sering kita lakukan. Ketika keseharian kita bermain sepakbola, maka kemungkinan besar kita akan mati di lapangan sepakbola. Namun jika keseharian kita selalu diisi dengan tilawah kepada-Nya, maka kemungkinan besar kita akan mati ketika sedang ber-tilawah.”
Nasihat ini benar-benar aku pegang. Fakta ini benar. Ga percaya? Aku pernah suatu kali baca di internet, kisah tentang seseorang yang dia itu suka banget baca Al-Qur’an dipojokan kursi penumpang mobil, dan ternyata benar ketika ada kecelakaan terjadi, beliau meninggal dalam kondisi sedang membaca Al-Qur’an di pojokan kursi tersebut. Subhanallah...
Penting banget ini buat kita. Selama di perjalanan, selama berkendara, jangan lupa tuk berdzikir pada Allah, atau memurojaah halafan surat yang sedang kita hafal.
Selain itu, ada hal lain yang membuatku harus melakukan hal tersebut. Aku selalu teringat dengan ucapan ustad Yusuf Mansyur di acara Wisata Hati : “Kita itu akan mati dalam kondisi yang sering kita lakukan. Ketika keseharian kita bermain sepakbola, maka kemungkinan besar kita akan mati di lapangan sepakbola. Namun jika keseharian kita selalu diisi dengan tilawah kepada-Nya, maka kemungkinan besar kita akan mati ketika sedang ber-tilawah.”
Nasihat ini benar-benar aku pegang. Fakta ini benar. Ga percaya? Aku pernah suatu kali baca di internet, kisah tentang seseorang yang dia itu suka banget baca Al-Qur’an dipojokan kursi penumpang mobil, dan ternyata benar ketika ada kecelakaan terjadi, beliau meninggal dalam kondisi sedang membaca Al-Qur’an di pojokan kursi tersebut. Subhanallah...
Penting banget ini buat kita. Selama di perjalanan, selama berkendara, jangan lupa tuk berdzikir pada Allah, atau memurojaah halafan surat yang sedang kita hafal.
Dalam momen lain juga, hampir setiap kali aku berkendara di jalan, ada saja pengendara motor yang menghampiri di sampingku, berkata sambil menunjuk ke arah rokku yang melambai-lambai kena angin, “Hati-hati mbak roknya, nanti bisa masuk jeruji.”
Kejadian ini sudah berulang kali. Kalo dihitung-hitung sudah ada 5x orang yang menegurku seperti itu. Aku ngerasa malu, karena lagi-lagi Allah menjagaku. Bagiku, itu adalah cara Allah menjagaku dengan mengirimkan pengendara motor tersebut untuk mengingatkanku.. Diantara banyaknya pengendara motor di jalan, hampir selalu ada yang menegur.. Kadang aku berpikir, buat apa orang tersebut susah-susah menegurku padahal mereka tidak sedikitpun mengenalku? Kalo Allah tak peduli, mungkin rokku uda keserempet dan jatuh. Tapi ternyata Allah masih sayang, Allah masih menjagaku..
Ya, banyak-banyak mengingat-Nya, membaca ayat-ayatNya, dengan begitu Allah juga akan mengingat kita.. Menjaga kita.. Karena Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan Penolong..
“Sesungguhnya bagi Allah para Malaikat yang berkeliling di bumi untuk mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka menemukan sekelompok orang yang berdzikir, maka mereka akan memanggil satu sama lain, “Marilah ke sini, inilah yang kamu cari.” Rasulullah menambahkan, “Kemudian mereka meliputi para ahli dzikir itu dengan sayap-sayap mereka sampai langit dunia…” (HR. Bukhari dan Muslim).