Pernahkah kalian berada di suatu titik yang membuat pikiran kalian terhenti meski hanya 1 detik? Membuat segala memori tiba-tiba bermunculan dan memaksamu untuk berbalik mundur melihatnya, menengok masa-masa yang pernah engkau lalui sebelumnya, kemudian engkau tertegun dan tidak menyangka bahwa sudah banyak masa yang engkau lalui.
Pernah?
***
Bagi kalian yang mempunyai saudara kandung berjumlah banyak dan dengan jarak umur yang hanya berbeda sedikit, mungkin akan paham dengan hal ini. Beberapa bulan lalu, lebih tepatnya di bulan Juni-Juli 2014, aku mendapat kabar bahwa kakak perempuanku akan dikhitbah oleh calon suaminya. Ah, kabar ini mungkin terdengar biasa-biasa saja bagi kalian. Ketika seorang perempuan sudah berada di kisaran umur 22-25 tahunan maka wajar-wajar saja jika perempuan tersebut akan menuju ke jenjang pernikahan.
Tapi.. ah, kabar itu benar-benar membuatku sedikit syok.
Bukan. Aku bukan syok karena tak senang. Tapi aku tertegun dan kaget bahwa secepat itu kah masa berlalu? Seolah-olah seperti ada tamparan keras, menyadarkanku bahwa : "ini lhooo.. sudah waktunya mbakmu menikah... sudah waktunya kamu memikirkan hal ini juga..."
Seperti yang aku jelaskan di awal tulisan. Tiba-tiba seluruh memori berputar cepat, dari masa kami (aku dan saudara-saudaraku) masih anak-anak, bermain bersama, sharing-sharing, liburan bersama, silang pendapat, bahkan beberapa pertengkaran yang pernah kami alami, hingga akhirnya berhenti di masa sekarang.
Ah, secepat itu kah?
Belum lagi selang beberapa minggu dari lamaran kakakku yang kedua, ternyata kakakku yang pertama berhasil meminang seorang wanita. Lengkap sudah, kedua kakakku telah berhasil mengikat janji suci dan mulai memasuki kehidupan rumah tangga.
Dan tiba-tiba serbuan pertanyaan itu muncul dan diajukan kepadaku,
"Ayo, kapan nih menyusul?"
"Sudah ada calon kah?"
Ah, itu pertanyaan-pertanyaan yang aku hindari. Haruskah aku menjawabnya? Butuh waktu bagiku untuk menata kembali pikiranku dari puzzle memori yang berserakan. Butuh waktu bagiku untuk benar-benar menerima keadaan bahwa kakakku sudah tidak tinggal serumah lagi dengan kami. Butuh waktu untuk penyesuaian tanpa perlu dijejali dengan pertanyaan itu.
Kau tahu? Benar apa yang pernah ayah dan ibu katakan, "Rukun-rukun sama saudara. Nanti kalau sudah berpisah bakal jarang ketemu."
Sehebat apapun perselisihan yang pernah terjadi antar saudara. Sejengkel-jengkelnya kita dengan saudara. Ternyata... kesedihan tetaplah ada dikala berpisah. Itu yang aku rasakan saat itu.
Ah.. aku tak bisa berkata-kata lagi..
Yang aku tahu, saat itu juga aku menyadari bahwa betapa eratnya hubungan persaudaraan dan betapa cepatnya masa berlalu. Hingga estafet kehidupan itu kini berada di genggamanku, menyadarkanku agar menjadi lebih dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sangat diperbolehkan bagi kamu-kamu yang pengen comment ato kasih masukan buat tulisan saya :)