Minggu, 01 Juni 2014

1001 alasan untuk MOVE ON!

Mungkin judul diatas sedikit lebay. Aku bukan sedang move on kemana-mana. Aku hanya ingin membangkitkan semangat untuk tetap lanjut skripsi. Well, bagi seorang mahasiswa tingkat akhir yang ga punya tanggungan kuliah selain menyelesaikan skripsi itu beratnya minta ampun.. Godaannya banyak bangeeeetttt.. Apalagi kalo uda kena penyakit prokrastinasi (kebiasaan menunda tugas), wuidihhh.. pasti banyak banget alasan yang dipake buat nunda kerja skripsi T_T hikss.. Kegiatan yang ga penting jadi lebih diutamakan dari yang lebih penting.. gawat deh, makanya aku harus bisa MOVE ON dari kebiasaan ini. Ya, Move on Move on..!!! Harus bisa selesai segera!


So, dalam rangka menyemangati diri sendiri, aku mau bikin catatan 1001 alasan untuk MOVE ON dari kebiasaan menunda tadi. Aku harus punya motivasi untuk tetap bergerak dan menyelesaikan skripsi ini. Oke, mungkin bisa kita mulai...

1. Karena aku muslim. Dan aku harus bisa ngebuktiin di kampus yang minoritas ini bahwa orang muslim itu pintar dan rajin. Harus ingettt, bahwa aku bawa label islam, aku ga boleh bikin malu agamaku sendiri. Aku pasti bisa!

2. Karena aku ingin skripsiku bermanfaat. Sedari awal aku mengerjakan skripsi ini bukan untuk mendapatkan gelar dan nilai, tapi aku ingin skripsiku ini benar-benar bermanfaat. Oleh sebab itu, judul yang aku ambil adalah tentang aplikasi pembelajaran tajwid. Kalo bener-bener bisa diselesaikan, aku berharap aplikasi ini bisa kusebar untuk membantu mereka yang kesulitan belajar tajwid. Sehingga bisa menjadi amal jariyah bagi diriku.

3. Karena aku ingin dapet kebarokahan dari Allah. “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

4. Karena aku punya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi aku harus yakin bahwa Engkau akan membantuku ya Allah... Karena topik tugas akhirku tentang tajwid, pasti Engkau akan membantu hamba... Ingeeettt, selalu katakan pada diri sendiri : "Hai masalah besar, aku punya Allah Yang Maha Besar."

5.Karena seorang muslim diwajibkan untuk terus belajar. Jadi aku memang harus ngerjain skripsi ini sambil menyelam minum air (belajar tajwid dan multimedia).

6. Karena aku pintar (eh?) aku pasti bisa menyelesaikannya!! Ya, aku harus yakin bahwa aku bisa, aku harus yakin bahwa aku pintar. Buktinya? selama SD, SMP, SMA, aku termasuk siswa yang berprestasi dikelas. Kuliah ini pun alhamdulillah Allah menghendakiku untuk selalu dapet IP diatas 3. Jadi yakinlah bahwa kamu bisa wiiii..!!!

7. Karena aku harus menyelesaikan tangggung jawab sebagai seorang mahasiswa. Ya, aku harus bisa berjuang hingga akhir. Bukan karena sodara atau ibu yang menginginkanku lulus, tapi karena memang aku yang berkewajiban untuk lulus, hingga tetes terakhir! Kalo uda terlanjur basah, sekaliang aja nyemplung... hehe

Ok deh.. Semoga 7 motivasi ini selalu bisa menyemangatiku dan semoga aku bisa selalu meluruskan niatku kembali. Amiin Ya Rabb. Bimbinglah hamba dalam menyelesaikan tugas akhir ini... Amiin..

Senin, 24 Maret 2014

My Wish

2 bulan lalu, tepatnya di bulan Januari aku bersemangat banget waktu denger ada temen yang mau berangkat umroh. Teringat dengan cerita Pak Jamil Azzaini tentang Proposal Hidup. Beliau sering mengajukan proposal hidup miliknya setiap kali berangkat umroh. Dan alhamdulilah banyak doa dan impiannya yang terkabul.

Ah.. aku jadi penasaran. Boleh juga tuh ditiru. Akhirnya aku tulis semua keinginanku tahun ini. Aku tulis secepat kilat dalam 1 lembar kertas, apa aja deh yang ada di otak, karena saat itu aku belum merancang proposal hidupku.. hehe..

Kertas itu aku titipkan ke temenku, "Tolong doain ya. Kertas ini tolong dibawa, nggak perlu dibacain satu-satu isinya. Yang penting dibawa aja, semoga doa yang ada di kertas ini Allah kabulkan."

***

Selang 3 minggu, iseng ku sms temenku itu. "Gimana kabarnya dek? Uda pulang dari umroh?"

Tak lama ada balasan sms, "Alhamdulilah baik mbak. Mbak, kertasnya aku bawa terus pas umroh kemarin. Uda aku doain di depan Ka'bah dan masjid Nabawi."

Pas baca sms itu senengnya minta ampuunn.. ahhh, alhamdulilah ya Allah, ternyata apa yang aku tulis di kertas itu bener-bener didoakan oleh temenku. Tinggal nunggu aja, nunggu jawaban dari Allah.

Ada satu doa yang saat itu aku benar-benar berharap Allah mengabulkannya...

(bersambung)

Kamis, 13 Februari 2014

[Mozaik Blog Competition 2014] Menjadi Seperti Pohon Kelapa

Event Mozaik Blog Competition sponsored by beon.co.id


Ssstt… tau ga?

“Alkisah ada 3 orang sahabat yang bernama pohon kelapa, penyu dan burung elang. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu kembali beberapa tahun kemudian untuk berbagi pengalaman hidup masing-masing. Maka ketika hari yang dijanjikan itu tiba, si penyu sangat antusias bercerita tentang betapa menakjubkan-nya kehidupan bawah laut. Ia mampu berkeliling ke berbagai samudera, bertemu dengan berbagai macam spesies hewan laut dan berkesempatan menikmati keindahan panorama bawah laut yang mungkin belum terekspos. Si elang pun juga antusias menceritakan pengalamannya terbang di langit, menerobos awan seputih kapas dan mampu menikmati indahnya pulau-pulau yang terbentang di bumi. Maka ketika giliran pohon kelapa yang bercerita, ia tak mempunyai pengalaman hidup yang hebat layaknya penyu dan burung elang, karena ia hanya bisa berdiam diri di tempat. Yang ia tau hanyalah pemandangan kapal yang berlayar didepannya, melihat matahari terbit dan terbenam. Hanya itu saja. Namun ia tetap bersyukur, karena setiap buah kelapa yang ia jatuhkan akan terbawa arus pantai, berkeliling samudra dan mendarat di negara-negara yang berbeda. Maka tumbuhlah ia menjadi pohon kelapa yang baru. Sehingga bisa jadi pohon kelapa di pesisir Australia berasal dari buah kelapa yang dijatuhkan oleh si pohon kelapa di pesisir Indonesia.”

Aku takjub mendengar kisah itu. Kisah yang diceritakan Tere Liye ketika mengisi talkshow tentang kepenulisan. Ibarat pohon kelapa, meskipun kita berada di sudut paling kecil di dunia ini, namun tulisan yang kita buat mampu melalang buana kemana saja dan tanpa kita ketahui bisa menginspirasi siapa saja yang membacanya.

Aku tersenyum pada diri. Pikiranku melayang ke memori zaman SMP.

***

Zaman SMP adalah masa dimana aku mulai suka membaca dan mengenal blog. Ada satu blog yang sering aku ikuti saat itu. Si penulis blog itu sering bercerita tentang pengalaman hidupnya bersama seorang pemuda yang mengidap AIDS. Betapa sabarnya si pemuda itu meskipun perlahan-lahan penyakit yang ia miliki mulai menggerogoti hidupnya. Ceritanya sederhana namun sangat ngena di hati. Kalian tau? Ibarat pohon kelapa tadi, si penulis blog mungkin tidak mengenaliku, tapi tulisannya mampu membuatku menjadi lebih bersyukur terhadap hidup yang kumiliki. Setiap selesai baca tulisannya, aku jadi berpikir, “Ya Allah.. ternyata ada orang yang hidupnya lebih susah dan lebih hebat ujiannya. Lantas kenapa aku harus mengeluh?”

Lihatlah, tanpa si penulis blog itu sadari, tulisan-tulisannya mampu membuatku bangkit dan berkata pada diriku sendiri : “Aku ingin jadi penulis!”

Maka sejak saat itu, aku bertekad untuk mulai menulis hal-hal yang bermanfaat, mengambil hikmah di setiap pengalaman yang aku punya, dan berbagi motivasi. Betapa senangnya diriku ketika beberapa tulisan perdanaku dipuji beberapa teman blogger. Aku senang bukan karena pujian itu, namun karena tulisan yang aku buat mampu menginspirasi mereka yang membacanya.

Banyak sekali manfaat yang kita dapat dari menulis. Kalian tau? Yang membuatku mulai tertarik membaca buku bukanlah guruku. Yang membuatku betah berlama-lama membaca buku yang tebalnya ratusan lembar bukanlah orangtuaku. Tapi si penulis terkenal itu! J.K. Rowling.

J.K. Rowling

J.K. Rowling tak kenal siapa aku, ia pun juga terpisah jarak berjuta-juta kilometer denganku. Tapi siapa sangka novel terkenalnya yang berjudul ‘Harry Potter’ itu mampu membuatku ketagihan membaca? Dari karya-nya lah, aku mulai melirik buku-buku lainnya, mulai teenlit, novel metropolitan, novel islami, buku motivasi, hingga buku agama.

Bukankah ini menyenangkan? Hal kecil seperti menulis pun bisa memberikan dampak positif yang besar bagi siapa saja yang membacanya.

***

Itulah motivasi menulisku. Motivasi yang harus aku ingat terus menerus agar tak ada kata ‘menyerah’ dalam menulis. Beberapa kali aku mencoba ikut lomba menulis semasa SMP dan SMA, namun tak juga berhasil. Sempat down tapi tak apalah. Aku selalu ingat dengan quote ini : “Tak ada karya besar yang muncul hanya sekali duduk.” Aku ga boleh nyerah! Tak ada keberhasilan yang instan. Tak ada kata sia-sia. Setiap kegagalan terhitung sebagai latihan. Semakin diasah maka ia akan semakin tajam. Semakin sering dilatih, maka kemampuan menulisku pun akan semakin berkembang. Orang-orang hebat lahir dari sebuah kerja keras. Bukankah begitu? J.K. Rowling pun juga berulang kali mengalami penolakan sebelum akhirnya berhasil diterbitkan.

Menjadi penulis adalah salah satu impianku. Dan mungkin juga menjadi impian bagi mereka-mereka yang tengah berjuang sepertiku. Kapan tercapai? Aku tak pernah tau. “Life is choice. Kita yang sekarang adalah hasil dari yang kemaren. Tapi kita besok adalah hasil dari yang sekarang,” kata-kata mutiara dari Ust. Felix Y Siaw. So, just believe… Yang perlu kita lakukan adalah konsisten menulis, menulis, dan menulis. Karena kita yang sekarang akan mencerminkan masa depan kita. True?

Bagaimana pun juga, aku menulis karena aku ingin bermanfaat bagi orang lain. Aku ingin menjadi seperti pohon kelapa tadi. Menebar kebaikan dan manfaat, meski hanya dari sebuah tulisan.

Karena aku bukanlah konglomerat yang memiliki uang berlimpah…
Karena aku bukanlah pewaris ilmu yang menyimpan sejuta pengetahuan…

Aku hanyalah manusia yang dengan kedua tanganku aku bersyukur bisa menulis. Ya, minimal aku bisa berbagi manfaat dengan apa yang aku tulis. Sesuai dengan visi hidupku yang kuambil dari sebuah hadist :

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni).

Jumat, 31 Januari 2014

Obat itu bukanlah satu-satunya solusi

Uda lama nih ga nulis blog. Ok deh, hari ini aku mau nge-share tentang pengalaman 'sakit'ku 2 hari belakangan. Maklum musimnya sakit. Bener-bener deh akhir-akhir ini angin surabaya kenceng banget bercampur panas, hawa-nya juga ga enak. So, bener-bener harus jaga kesehatan.

Tapi 2 hari lalu aku nekat aja tuh minum es teh gopek di kampus, seger banget di tenggorokan. Kenekatan ini bukan tanpa alasan, karena selama ini diriku emang jarang banget sakit. Banyak yang bilang kalo tubuhku ini kurus, tapi aku selalu ngebela diri "Gapapalah kurus, yang penting kan sehat" hehe.. Bener lho, dari aku kecil sampe sekarang ini aku ga pernah sampe opname di RS, paling banter ke RS itu cuman nganter orang sakit, jenguk sodara ato temen. Alhamdulilah dah Allah ngasih aku tubuh yang ga gampang sakit. Palingan cuma sakit flu, panas, sakit tenggorokan, maag, diare. Itupun juga jarang-jarang.

But, karena kenekatan 2 hari lalu, akhirnya aku sakit juga. Flu plus rada' demam dikit.

***

Ngomong-ngomong tentang sakit, aku paling anti dengan obat. Padahal ayahku adalah tipe orang yang kalo sakit dikit, ato ngeliat anaknya sakit, langsung segera berobat ke dokter. Yah, emang kekhawatiran seorang ayah. Tapi aku bener-bener paling anti sama obat.

Bisa dibilang aku ga percaya sama obat. Karena obat adalah campuran senyawa-senyawa kimia, dan aku ga mau badanku dimasuki senyawa-senyawa kimia itu. Orang jaman dulu aja bisa sehat tanpa campuran senyawa kimia, dan obat yang dipake orang jaman dulu emang jauh lebih alami daripada sekarang. Bahkan temenku yang anak farmasi yang notabene mempelajari cara membuat obat juga bilang ke aku, "Jangan terlalu percaya sama obat. Obat itu emang bisa menyembuhkan penyakitmu saat itu, tapi di sisi lain ia juga akan memicu penyakit lain." Nah lhoo...

Alhasil tiap aku sakit diare ato maag sebisa mungkin ga minum obat. Kecuali dalam keadaan terpaksa akhirnya cuma minum 1 tablet aja. Pas mendingan uda ga minum lagi.


Sama kayak sakitku yang sekarang ini. Flu dan demam. Aku sama sekali ga minum obat. Untuk penyakit yang satu ini aku uda punya solusi tersendiri. Mau tau? Uda lama aku nerapin ini, dan alhamdulilah selalu ampuh.

Jadi intinya begini.. Kalo kita sakit demam tuh badan kita berasa anget sekaligus ngerasa 'adem' yang berlebihan. Nah kalo uda begini badan jadi susah keringetan. Pada kondisi normal yang harusnya badan mudah keringatan, tapi kalo lagi demam bawaannya susah banget buat ngeluarin keringat. Alhasil solusi dari penyakit demam adalah gimana caranya supaya badan kita bisa keringetan.

Sooo, malem itu pas aku ngerasa badanku demam, aku langsung matiin kipas angin, pake jaket rangkap 2 kemudian seluruh tubuh ditutupi selimut. Lalu posisi tidurku model orang sujud, dengan posisi bantal tetap sebagai alas kepala. Ya, ini metode aku bikin sendiri. Tapi alhamdulilah selalu mujarab untuk mengeluarkan keringat. Alhasil besoknya pas bangun badanku uda berasa mendingan. Paling cepat 2 hari uda sembuh.

Dan satu lagi... kebanyakan orang sakit demam itu males kemana-mana. Pengennya istirahat di kasur muluuu. Eitsss, persepsi itu salah besar! Kalo menurutku orang sakit demam itu harus banyak gerak. Ya, banyak gerak buat ngeluarin keringat. Kalo tubuh dimanjain terus buat berbaring di kasur itu justru malah bikin sakit dan ga sembuh-sembuh. Percaya deh...

Beberapa kali pas sakit demam, aku nekat tetep keluar rumah jalanin aktivitas kayak biasanya, dan alhamdulilah bisa cepet sembuh juga.


Logika simple-nya itu ibarat sholat. Tau kenapa Allah mewajibkan kita sholat 5 waktu dalam sehari? Selain untuk ibadah, Allah itu sebenarnya 'care' sama kita, Allah pengen tubuh kita sehat. Allah itu yang menciptakan kita. So, Allah Maha Mengetahui kalo tubuh kita ini perlu untuk gerak tiap harinya. Dan betul aja, setelah diteliti ternyata sholat emang memberikan manfaat yang luar biasa positif bagi tubuh kita.

Nah kalo kita sakit, banyakin gerak. Sholatnya jangan ditinggal tuh, jangan jadiin alasan badan lemes akhirnya sholatnya diakhirkan. Gimana mau sembuh? Lengkapi juga dengan bacaan Qur'an, karena salahsatu manfaat Al-Qur'an yaitu sebagai Asy-Syifa (penyembuh).

Positif thinking aja, insyaAllah bisa segera sembuh. Dan jangan lupa untuk 'ridha' dengan sakit yang sedang Allah berikan, karena sakit itu bisa menggugurkan dosa-dosa kita :) dan tentunya sebagai pelajaran bagi kita untuk lebih bersyukur ketika sehat.

Kamis, 09 Januari 2014

Setitik Cahaya di Langit UBAYA (part 1)

Uda nonton film 99 Cahaya di Langit Eropa? Recommended banget buat kamu-kamu yang suka nonton film and pengen mempelajari islam lebih dalam. Cerita dari film ini beda dengan lain. Ada hikmah tersendiri yang bisa kita ambil, tentang perjuangan seorang muslim yang mempertahankan keyakinannya di negara asing.

But, postingan kali ini sama sekali bukan tentang review film. Bukan. Sama sekali bukan. Aku hanya pengen cerita tentang pengalaman pribadiku yang kurang lebih hampir sama dengan film tersebut.

Kalo film ini berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”, maka aku menamai kisahku ini dengan “Setitik Cahaya di Langit UBAYA”. Kenapa cahaya? Dan Kenapa UBAYA? Well, UBAYA adalah nama kampusku. Kampus yang penghuninya mayoritas nonmuslim. Kampus yang notabene hanya menjadi pilihan alternatif bagi para pemburu ilmu. Kampus yang terkenal karena biaya kuliahnya.


Kampus ini kampus UBAYA.

Namun dengan segala kekurangannya itu, ada setitik cahaya yang kutemukan dan kurasakan disini. Setitik cahaya yang tidak sembarang orang bisa menemukannya. Cahaya kasat mata yang bersinar terang.

***

Masih teringat jelas tentang bagaimana perasaan takutku ketika pertama kali masuk kuliah di kampus ini. SYOK.

SYOK karena lingkungannya yang 180 derajat berbeda dengan lingkungan SMA-ku.
SYOK karena muslim disini sangat minoritas.
SYOK karena hanya ada 6 orang muslim (termasuk aku) di angkatan jurusanku.
SYOK karena  aku satu-satunya yang berjilbab diantara 80 orang tersebut.

Rasa-rasanya aku ingin mundur dan memilih tempat kuliah yang lain. Sempat menyesal kenapa aku tidak meminang Universitas Brawijaya saja sebagai tempat kuliahku (padahal aku diterima SNMPTN disana). Tapi lagi-lagi aku teringat dengan solat istikhoroh yang uda aku lakukan sebelumnya. Petunjuk Allah yang membuatku rela untuk memilih UBAYA ketimbang UNBRA. Ya, kalo keinget ini aku langsung berpositif thinking kembali : “Pasti.. Pasti ada alasan kenapa Allah menunjukkanku untuk kuliah disini. Pasti.. Pasti ada ‘sesuatu’ yang ingin Allah sampaikan ke aku.”

Lagipula, bukankah Allah sebaik-baik Perencana? Oke, kuputuskan untuk bertahan saat itu.

Sebagai mahasiswa baru yang masih labil, banyak keluh kesah yang ingin aku utarakan sebenarnya. Ya, beberapa kali hati menjerit karena ketidaknyamanan yang kurasakan di kampus ini. Masa-masa pertama ospek, masa-masa pertama kuliah yang bagiku semakin memperjelas identitasku yang minoritas disini. Aku tidak menyalahkan lingkungan, mereka para nonmuslim itu baik-baik kog, namun aku sendiri yang merasa kurang bisa beradaptasi. Aku sendiri yang menolak kenyataan ini. Menolak kenyataan berada dikampus yang muslimnya minoritas. Persis! Kuliah disini ibarat kuliah di Hongkong.

Saat itu aku ga tau harus bercerita ke siapa, ingin cerita ke orangtua tapi aku tidak ingin memberatkan mereka. Aku selalu ingat bahwa ayahku paling tidak suka melihat anaknya mengeluh, ayahku selalu ngasih nasehat kalo kita harus kuat nerima ujian hidup, hadapi dengan tindakan bukan tangisan. Jadi, hal ini lah yang mengurutkan niatku untuk bercerita ke ortu..

So, akhirnya aku mencari tempat pelarian. Dan tempat pelarianku ini berujung pada CAHAYA yang pertama, yaitu sebuah bangunan berukuran 9 x 9 meter bernama masjid Al-Hidayah.

Masjid ini kecil. Kecil untuk ukuran sebuah masjid. Sungguh, kalo dibandingkan dengan kampus lain, masjid Al-Hidayah UBAYA ini hanya seukuran toiletnya masjid ITS. Kecil banget kan? Katanya sih, dari jaman dulu sampe sekarang ukurannya tetep segitu, kagak berubah. Ya mungkin karena kampus ini multicultural, jadi agak susah kalo mau diperbesar.

Masjid ini kecil tapi istimewa bagiku. Istimewa karena bercahaya, sehingga mampu menarikku kesana. Sela-sela jeda sholat dhuhur dan ashar aku akan berlari kesini, melepaskan keluh kesah yang sudah menumpuk di otak. Ya, disini adalah sebaik-baiknya tempat mengadu, karena aku bisa mengadu sepuas-puasnya pada Allah.

Entah kenapa sholat tiba-tiba kerasa jadi khusyuk. Aku ingin Allah mendengar semua keluh kesahku. Dan aku yakin Allah pasti Maha Mendengar semua yang aku utarakan saat itu. Ya, pasti. Ketika mengadu kepada-Nya aku merasa seperti setitik pasir ditengah luasnya daratan UBAYA. Ada ketenangan yang kurasakan ketika sholat disini. Aku lega, karena aku punya tempat untuk mengadu.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Q.S Ar-Ra'd : 28)

Dan benar, seketika keresahan hilang. Aku punya Allah sebagai pegangan. Ujian yang akan kuhadapi kedepan selama kuliah, aku rasa aku bisa melewatinya kalo aku berpegangan pada Allah.

Selain itu, ada hal lain yang aku suka dari masjid ini. Aku suka ngeliat pemandangan orang keluar masuk tempat wudhu, memakai mukena kemudian bersimpuh pada-Nya. Pemandangan ini entah kenapa bisa menghibur hatiku. Ya, setidaknya aku merasa bahwa aku tidak sendirian disini. Aku bukan satu-satunya muslim disini.


Ya, CAHAYA pertama itu adalah Masjid Al-Hidayah.

(bersambung...)